Fahmi Rizwansyah says:
Mereka menari-nari di jalanan, air mata mereka tumpah, suara mereka tenggelam dalam doa dan lalu lintas pun macet.
Itu terjadi mulai dari Washington DC hingga Los Angeles. Seluruh rakyat Amerika Serikat meluapkan kegembiraan atas kemenangan Barack Obama sebagai presiden. Kegembiraan itu sangat wajar karena mereka menjadi saksi sejarah atas terpilihnya pria kulit hitam menjadi presiden AS, pertama sepanjang 232 tahun berdirinya negara superpower itu.
“Saya lahir di era hak asasi sipil. Untuk melihat ini terjadi merupakan hal yang tidak dapat dipercaya. Kita telah memiliki presiden kulit hitam pertama. Seorang presiden kulit hitam!” ungkap Mike Louis, 53, warga AS kulit hitam yang air matanya bercucuran saat menyaksikan hasil penghitungan suara di sebuah layar video raksasa di Fountain Square, Cininnati, kemarin.
Menurut Louis, saat ini merupakan langkah untuk menyembuhkan luka rasisme Negeri Paman Sam. “Ini sebuah langkah raksasa untuk membawa negeri ini maju bersama”, paparnya.
Di Washington, ratusan penduduk tumpah ke jalanan di dekat Gedung Putih. Mereka membawa balon-balon, menabuh drum dan berteriak, “Bush telah pergi!” di sepanjang jalan.
Di sepanjang U Street yang dikenal sebagai Black Broadway Amerika karena banyaknya toko dan bangunan milik warga kulit hitam, ratusan pria berdiri di atap-atap mobil mereka sambil membawa poster Obama dan melambaikan bendera Amerika.
Di dekat Howard University, yang merupakan kampus bersejarah kulit hitam, ratusan mahasiswa bersorak-sorai, bernyanyi dan meneriakkan, “Yes, we did!”.
Di Philadelphia, ribuan warga kulit hitam dan kulit putih bergabung di City Hall beberapa saat setelah Obama mendeklarasikan kemenangannya. Di bawah rintik gerimis, mereka menari dengan iringan musik yang bunyinya dinyaringkan dari radio mobil. Para pengemudi mobil pun menepikan mobilnya, membuka pintu mobil mereka, dan menyiarkan pidato kemenangan Obama.
“Barack di Gedung Putih! Ini sangat penting bagi saya. Perubahan itu terjadi!” teriak Pamela Williams, 46.
Di restoran Sadiki di Philadelphia, para pendukung Obama juga meluap di jalanan. “Orang-orang tua kita yang telah meninggalkan planet ini berpikir bahwa kita tidak akan pernah melihat hari ini, seorang Afro-Amerika dapat terpilih oleh seluruh rakyat ke kursi tertinggi di tanah ini”, ujar Bernard Smalley, sementara istrinya Jacquelyn bersimbah air mata.
Kegembiraan atas kemenangan itu memenuhi atmosfer Negeri Paman Sam dan dunia, baik di kota-kota kecil maupun kota besar. Mereka meniup terompet, berkumpul dan saling berpelukan.
Di Harlem, New York City, teriakan ribuan orang berkumpul di sebuah alun-alun dekat Apollo Theater yang legendaris itu dapat terdengan dari blok lain yang jaraknya sangat jauh. Di Cleveland, pendukung Obama berkumpul di sebuah rumah dan menggelar pesta saling bersulang minuman. “Untuk presiden Afro-Amerika pertama dalam sejarah AS!” teriak mereka.
Di Miami, yang didominasi warga kulit hitam, Otoria Pitts, 30, salah satu warga sana, menegaskan bahwa kemenangan Obama telah merobohkan benteng ras.
Di Gereja Baptis Ebenezer, Atlanta, dimana Martin Luther King Jr berpidato, Republikan John Lewis menegaskan bahwa dia sangat percaya, setelah 40 tahun Luther King tewas tertembak berlumuran darah di sebuah jembatan Alabama saat mengkampanyekan hak kulit hitam untuk memilih, Lewis dapat memberikan suara untuk Obama. “Ini malam yang hebat. Ini malam yang tidak dapat dipercaya. Ini malam Hari Thanksgiving”, papar Lewis.
Saat pidato kemenangan Obama terpampang di TV, banyak perempuan menangis dan memeluk anak mereka berteriak “Terima kasih Tuhan!” hingga terdengar di ruangan lainnya.
Mattie Bidgewater, salah satu warga AS yang sangat senang dengan kemenangan itu sekaligus tidak dapat mempercayainya. “Saya masih berada di sekolah dasar Emmet Till, anak lelaki Chicago yang tewas di Missisippi dan menjadi salah satu alasan tersulutnya gerakan hak asasi sipil. Kini saya berada di sini melihat sejarah besar”, paparnya.
by AP.
Cheers, frizzy2008.