Blog campur-campur

Pain reliefs

Fahmi Rizwansyah says:
  1. Aspirin, Ibuprofen, Celebrex: The Whole Story. NSAIDs are effective treatments for arthritis. But in some people they may cause stomach bleeding or heart trouble.
  2. Fighting Inflammation With Steroids. Corticosteroids cut arthritis inflammation by suppressing your immune system. But this may put you at higher risk for infection and other problems.
  3. Narcotics for Arthritis Pain: Are They Safe?. Narcotics are strong and effective pain relievers. But they may increase your risk of liver damage, and can be addictive if not used as directed.
  4. Biologics: New Drugs for Rheumatoid Arthritis. These drugs are derived from genes, and suppress a part of your immune system. But people with key chronic illnesses can't take them.
  5. DMARDs: Modifying the Course of Rheumatoid Arthritis. These drugs are derived from genes, and suppress a part of your immune system. But people with key chronic illnesses can't take them.


Cheers, frizzy2008.

Berpelukan yang bermanfaat

Fahmi Rizwansyah says:

Berpelukan....... (^_^)
Pernah dengar semboyan ini??? Bagi yg menonton Teletubies tak akan merasa janggal mendengarnya.
Ternyata berpelukan itu baik buat kesehatan....asal yg dipeluk org yg tepat yah........
Selamat membaca artikel kesehatan di bawah ini!

Seberapa sering anda memeluk suami, pacar, adik atau sahabat anda?
Sering, jarang atau malah tidak pernah. Hmmm, berpelukan itu ternyata penting lho. Sebuah penelitian menunjukkan stres bisa berkurang hanya dengan berpelukan. Masa sih?
Berdasarkan hasil penelitian yang dikeluarkan oleh jurnal Psychosomatic Medicine, pelukan hangat dapat melepaskan oxytocin, hormon yang berhubungan dengan perasaan cinta dan kedamaian. Hormon tersebut akan menekan hormon penyebab stres yang awalnya mendekam di tubuh.

Untuk melakukan penelitian ini, Dr Karen Grewen, peneliti asal Universitas North Carolina mengumpulkan 38 pasangan dalam satu tempat.
Ke-38 pasangan tersebut diminta untuk membicarakan hal-hal bahagia yang pernah mereka alami. Mereka juga diminta untuk menonton sebuah film romantis selama lima menit kemudian berpelukan selama 20 detik.
Sebelum semua kegiatan di atas dilakukan, Dr Karen dibantu rekan-rekannya melakukan pengukuran terhadap tekanan darah, tingkat stres dan jumlah hormon oxytocin. Hasilnya, tingkat stres semua orang yang diteliti berkurang. Hormon penyebab stres, cortisol dan
norepinephrine, menurun jumlahnya karena tergantikan oleh hormon oxytocin. Dan hasil akhirnya bisa memberikan kontribusi untuk kesehatan jantung anda.
Penelitian tersebut juga menunjukan wanita lebih responsif untuk memeluk pasangannya. Menurut Dr Karen, hal itu terjadi karena oxytocin lebih memiliki hubungan dekat dengan hormon estrogen yang diproduksi wanita.

Dalam kehidupan nyata hormon oxytocin ini bisa tercipta di sebuah perkawinan yang sehat. Artinya pernikahan tersebut bukanlah pernikahan yang sering diwarnai percekcokan bahkan kekerasan.
"Tidak semua orang memiliki pernikahan yang membahagiakan. Tapi kualitas dari hubungan pernikahan itu bisa menjadi tolak ukur kesehatan seseorang," urai Grewen,

Seorang ahli jantung yang berasal dari American Heart Association, Dr. Nieca Goldberg menambahkan penjelasan Grewen di atas.
"Inti dari penelitian ini adalah untuk menunjukan bahwa dukungan secara emosional dan psikologis bisa berpengaruh pada kesehatan jantung dan pikiran," jelasnya.

"Wanita yang tidak bahagia dalam pernikahannya, memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk terkena serangan jantung. Kurangnya dukungan terhadap mereka berdampak negatif untuk kesehatan," tambah Goldberg lagi.
Dari hasil penelitian Dr Karren kita juga jadi tahu berteman dengan orang yang memiliki jenis kelamin sama bisa mengurangi tingkat stres pikiran. "Teman, hewan peliharaan bisa meningkatkan jumlah hormon oxytocin dan ini tentu suatu hal yang positif," imbuhnya.
So, pelukan nggak selalu harus didapat dari pasangan. Buat anda yang jomblo alias single, pelukan dengan teman atau kucing kesayangan juga bisa mengurangi stres. Selamat berpelukan.

Cheers, frizzy2008.

Matsushita - National Panasonic Founder

Fahmi Rizwansyah says:

My fave hero: Konosuke Matsushita

"the god of management"

Early life

Konosuke Matsushita was born in 1894 in the farming village of Wasa in Wakayama Prefecture, the son of a landlord. Poor investment decisions by his father in rice speculation ruined the family's finances, and Matsushita was sent to Osaka to work at a very young age.

In 1910, at the age of 16, Matsushita was taken on as a wiring assistant at the Osaka Electric Light Company. In 1915, he would marry Mumeno Iue.

Matsushita wanted to market a new light socket he had invented, and so in 1918, at the age of 23, he founded Matsushita Electric Appliance Factory with his first employees being himself, Mumeno, and Mumeno's brother, Toshio Iue. His company almost went bankrupt until a large order came in for electric fan parts. He used the money to expand production and drop prices for his lamp sockets, a strategy that paid off.

Matsushita used the trademark ‘National’ on Matsushita products, and dropped prices to make his lamp a mass-market product. Matsushita also used national newspaper advertising, an unusual form of marketing in Japan in the 1920s.


Matsushita and the post-war period

In post-war Japan, the company came under severe restrictions imposed on large Japanese companies by the Allies. Matsushita was in danger of removal as president, but was saved by a favourable petition signed by 15,000 employees.

In 1947, Konosuke lent his brother-in-law Toshio an unutilized manufacturing plant to manufacture bicycle lamps, which eventually became Sanyo Electric.

From 1950 to 1973, Matsushita's company became one of the world’s largest manufacturers of electrical goods, sold under well-known trademarks including Panasonic and Technics. Matsushita retired in 1973. Since 1954, Matsushita also gained a significant shareholding in manufacturer JVC by forming an alliance[1]. It still retains a 50% share today.

In retirement, Matsushita focused on developing and explaining his social and commercial philosophies, and wrote 44 published books. One of his books, entitled “Developing a road to peace and happiness through prosperity”, sold over four million copies.

Chronic lung problems lead to his death of pneumonia on 27 April 1989, at the age of 94. He died with personal assets worth US$3 billion, and left a company with US$42 billion in revenue business.

Cheers, frizzy2008.

My girl's story: Sri Mulyani

Fahmi Rizwansyah says:

Diambil dari detik.com.

Mata kuliah akuntansi sering kali membuat mahasiswa pusing tujuh keliling. Menkeu Sri Mulyani mengakui dirinya sempat tidak menyukai salah satu mata kuliah itu. Malah kalau dirinya jadi akuntan, mungkin tak pernah menjadi menkeu.

"Akuntansi itu it's not my favourite waktu kuliah nilai saya itu 6 sampai 6,5 tapi saya selalu amazed dengan akuntansi ini karena kanan kirinya harus balanced. Saya bingung bagaimana bisa seperti itu, tapi ke depan makin lama saya makin suka, mungkin saya telat sukanya, tapi saya beruntung, kalau saya jadi akuntan mungkin saya tidak akan menjadi menkeu," ujarnya.
Hal itu disampaikannya saat membuka Konferensi Sektor Publik di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (23/7/2008).

Akuntabilitas dalam pembuatan laporan keuangan negara itu penting dan sebagai menkeu dirinya kita bertanggung jawab untuk mengelola keuangan negara agar bisa dijalankan dengan baik.
"Meskipun saya sebagai menkeu ini bukan seorang akuntan. Kita punya tanggung jawab untuk membuat publik sektor lebih baik, dan yang paling penting itu adalah sisi keuangannya," ujarnya.

Kehadiran lembaga pengawas seperti BPK yang menggerayangi tiap sisi keuangan di negara ini tentunya diperlukan.
"Karena kalau Anda punya power kalau tidak ada yang ngecek maka akan ada korupsi pasti. Kekuasaan itu itu so delicious dan it's so tempting, bahkan lebih enak dari coklat atau nasi uduk, karena itu bagus kalau ada BPK yang mengaudit sisi keuangan," ujarnya.

Sekarang BPK sudah memeriksa keuangan negara, dan bahkan pernah menemukan 3.000 rekening liar di depertemen. "Saya tidak mau kalah, melihat hal ini saya marah, saya cari di tiap departemen ternyata saya menemukan 30.000 rekening liar," ujarnya.

Laporan keuangan pemerintah, menurut Sri Mulyani memang masih jauh dari sempurna, namun dia tidak suka kalau ada yang menyebut laporan keuangan pemerintah amburadul.
"Saya legowo kalau penilaian disclaimer, tapi saya benci kalau dibilang amburadul, karena disclaimer itu pasti ada alasannya. Mungkin masyarakat bertanya kenapa 4 tahun disclaimer tapi menkeunya tidak diganti-ganti saya katakan walaupun tiap tahun menkeunya diganti, laporan keuangan tetap disclaimer," ujarnya.

***Hmm, jangan marah ya bu, saya jadiin cewek saya di blog ini.
Tetap semangat!!! anda penyelamat negara ini.

Cheers, frizzy2008.

Sang Maestro: Ni Ketut Canin

Fahmi Rizwansyah says:

Kalian pasti salut sama Ni Ketut Canin.


Penonton juga dibuat terkejut begitu menyaksikan sang penari utama ternyata sudah berusia lanjut, 85 tahun, namun penampilannya tetap saja prima. "Penampilannya luar biasa sekali. begitu juga dengan penarinya," kata Haruko Konishi, salah seorang penonton.

Selama dua jam, sang empu tari, bersama cucunya, Ni Wayan Sekariani dan cicitnya, Sri Maharyeni, membawakan tarian sakral Joged Pingitan. Sebuah tarian yang kian langka di Bali, karena hanya bisa disaksikan di dua desa saja, Desa Tegunungan dan Desa Sukawati.

Ungkapan seperti sugoi (luar biasa, hebat" ataupun amazing (menakjubkan) banyak keluar dari bibir para penonton yang baru saja menyaksikan penampilan Ni Ketut Cenik di sebuah aula di Gedung Bunka-Hoso, Tokyo, Selasa (16/9) malam. Sambil bertepuk tangan yang cukup lama, para penonton itu bangun dari kursinya dengan terus menatap ke arah Ni Ketut Cenin, yang bersama kelompoknya, perlahan-lahan meninggalkan panggung.

Komentar kekaguman tersebut memang merupakan kalimat yang paling pantas diucapkan untuk mengekspresikan kekaguman sekitar 200 penonton Tokyo, yang malam itu memadati media Plus Hall, di gedung Bunka-Hoso. Ribuan pengunjung Jepang sebelumnya mulai dari Osaka, Nagoya, Kyoto hingga Matsue sudah lebih dulu dibuat tepesona.

Penampilan dari perempuan kelahiran Banjar Pekandelan, Desa Batuan, Gianyar, menjadi istimewa, tidak saja penampilannya yang lincah, tetapi juga karena sang maestro melibatkan cucunya Ni Wayan Sekariani dan cicitnya Sri Maharyeni yang tampil tidak kalah energiknya. Sedangkan putranya, I Nyoman Budi Artha, yang juga pimpinan rombongan, bertindak selaku salah seorang pemusik gamelan.

Sama seperti tari Bali lainnya yang dinamis dan atraktif, ketiganya pun menari dengan lincah diiringi musik gamelan yang tidak kalah ramainya. Begitu gamelan berbunyi, dengan sigap NI Ketut Cenik menari, meliukkan badan dengan anggun, mengikuti irama musik. Saat menari seolah ada roh dari kekuatan tari itu yang hinggap dan membuatnya menjadi muda kembali.

Tarian yang menampilkan enam tokoh itu kemudian ditutup dengan tarian yang berkisah mengenai Calonarang. Sebuah cerita yang bersumber cerita rakyat mengenai kemenangan kebaikan atas kejahatan. Tarian yang dibawakan secara bergiliran itu ternyata mampu menahan penonton untuk tidak beranjak dari duduknya hingga pertunjukan berakhir.

Tari Joged Pingitan sendiri semakin tidak populer di kalangan generasi muda Bali, bahkan kian langka, karena hanya ada di pedesaan. Itu pun hanya terdapat di dua desa saja, salah satunya di Gianyar. Menurut I Nyoman Budi Artha, putra dari Ni Ketut Cenik,tarian tersebut berfungsi sebagai tarian wali, tarian ritual bagi sang dewa. Jadi bukan sembarang tarian.

"Bagi dodong (nenek) tari ini juga merupakan tarian untuk memuja dewa, jadi tidak bisa sembarangan," ujar Sekariani. Itu sebabnya sebelum membawakan tarian, baik pemusik, dan penari mengawalinya dengan sembahyang lebih dulu. Bahkan ruang tempat pertunjukan pun harus disucikan dulu.

Menurut Ni Wayan Sekariani, Jogged Pingitan salah satu penyebabnya karena tarian ini memiliki tingkat keahlian yang lebih sulit. Penarinya harus mampu membawakan gerakan tarian laki-laki yang tegas, namun juga mampu memadukannya dengan gerakan lembut dari tarian perempuan.

"Seiring dengan transformasi zaman, Joged Pingitan kini tinggal di desa-desa saja. Begitu juga dengan penarinya yang kian sulit ditemukan. Makanya kami, bersama Ni Ketut Cenik, giat mewariskan tarian ini ke generasi selanjutnya agar tidak hilang," katanya.

diambil dari http://www.mediaindonesia.com/index.php?ar_id=MzA5NzA=

Cheers, frizzy2008.