Fahmi Rizwansyah says:
Tetap ingin menjadi Ibu Rumah Tangga yang Baik.
Michelle Obama akan membawa kemampuannya sebagai pengacara, menuju Gedung Putih sebagai Ibu Negara bersama Presiden Amerika Serikat terpilih, Barack Obama. Namun dia tetap mengutamakan prioritasnya sebagai ibu yang baik bagi kedua putri mereka.
Dia berani meninggalkan jabatan terakhirnya sebagai wakil presiden rumah sakit Universitas Chicago, tempat dia dapat membantu keuangan keluarga. “Jika kamu tumbuh di sebuah rumah yang kamu cintai dan memberikan keamanan bagimu, kamu akan memiliki orang-orang yang akan mampu berkorban padamu. Juga tentunya kamu akan berhak untuk membalas pengorbanannya”, katanya.
“Pekerjaan utama saya, sejujurnya, akan melanjutkan sebagai ibu rumah tangga” ungkapnya pada sebuah majalah.
Michelle memutuskan menjadi ibu rumah tangga yang baik untuk merawat kedua putrinya. Padahal, dia adalah seorang pengacara lulusan Harvard, sama seperti suaminya. Sebagai suami istri, dia dan Obama tidak jauh dari pembayaran biaya sekolah anak-anak dan bekerja untuk membayar tagihan-tagihan yang membelenggu kehidupan rumah tangga di AS.
Pada pidato kemenangannya, Obama memuji sang istri. “Saya tidak akan berdiri di sini malam ini tanpa dukungan yang tiada henti dari sahabat terbaik yang telah menemani saya selama 16 tahun…batu karang bagi keluarga kami, istri tercinta, first lady bangsa Amerika berikutnya…Michelle Obama”.
“Apa yang membuat saya kaget ketika pertama kali bertemu Barack adalah dia memiliki nama keluarga yang unik. Meskipun dia tumbuh dan besar di Hawaii, nama keluarganya sama seperti dirinya. Obama dibesarkan kakek dan neneknya yang pekerja keras seperti ayah saya. Ibu tunggalnya harus berusaha membayar biaya kuliah sama seperti saya” imbuhnya.
“Kita masih sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Amerika. Saya merasa jauh dari Washington”, paparnya. “Kita merupakan pasangan muda dengan anak yang masih kecil, dengan segala tantangan dan emosinya. Kemudian, tekanan dengan semakin tumbuh kembangnya anak-anak, saya pun seperti menjadi ibu yang bekerja untuk rumah tangga” ujarnya.
“Saya selalu menyarankan Obama agar tidak menjadi politikus. Saya lebih menyarankan untuk mengajar, menulis, menyanyi dan menari. Saya tidak peduli dengan apa yang kamu lakukan. Asalkan jangan menjadi politikus” ungkapnya. Namun, akhirnya dia menyerah. Pasalnya, suaminya memiliki pemikiran dan kemampuan mempersatukan banyak orang yang memiliki nilai-nilai dan pandangan yang berbeda.
Walaupun suaminya menjadi senator yang bekerja di Washington sejak 2004, Michelle tetap mendidik anaknya di Chicago. Dia menuturkan, ketika banyak orang akan pindah ke Washington, dirinya tidak tertarik. “Semua dukungan saya merupakan dukungan pada suami yang telah dibina bertahun-tahun lamanya. Disini ada ibu saya, teman-teman putri saya, kamu akan pergi jauh meninggalkan segalanya”, tuturnya.
Dari SINDO.
Cheers, frizzy2008.
Relaxing Articles for the real estate, flower shop, news, computers, gadget, entertainment, traveling, personal and Indonesia
Blog campur-campur
Showing posts with label tokoh wanita. Show all posts
Showing posts with label tokoh wanita. Show all posts
My girl's story: Sri Mulyani
Fahmi Rizwansyah says:
Diambil dari detik.com.
Mata kuliah akuntansi sering kali membuat mahasiswa pusing tujuh keliling. Menkeu Sri Mulyani mengakui dirinya sempat tidak menyukai salah satu mata kuliah itu. Malah kalau dirinya jadi akuntan, mungkin tak pernah menjadi menkeu.
"Akuntansi itu it's not my favourite waktu kuliah nilai saya itu 6 sampai 6,5 tapi saya selalu amazed dengan akuntansi ini karena kanan kirinya harus balanced. Saya bingung bagaimana bisa seperti itu, tapi ke depan makin lama saya makin suka, mungkin saya telat sukanya, tapi saya beruntung, kalau saya jadi akuntan mungkin saya tidak akan menjadi menkeu," ujarnya.
Hal itu disampaikannya saat membuka Konferensi Sektor Publik di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (23/7/2008).
Akuntabilitas dalam pembuatan laporan keuangan negara itu penting dan sebagai menkeu dirinya kita bertanggung jawab untuk mengelola keuangan negara agar bisa dijalankan dengan baik.
"Meskipun saya sebagai menkeu ini bukan seorang akuntan. Kita punya tanggung jawab untuk membuat publik sektor lebih baik, dan yang paling penting itu adalah sisi keuangannya," ujarnya.
Kehadiran lembaga pengawas seperti BPK yang menggerayangi tiap sisi keuangan di negara ini tentunya diperlukan.
"Karena kalau Anda punya power kalau tidak ada yang ngecek maka akan ada korupsi pasti. Kekuasaan itu itu so delicious dan it's so tempting, bahkan lebih enak dari coklat atau nasi uduk, karena itu bagus kalau ada BPK yang mengaudit sisi keuangan," ujarnya.
Sekarang BPK sudah memeriksa keuangan negara, dan bahkan pernah menemukan 3.000 rekening liar di depertemen. "Saya tidak mau kalah, melihat hal ini saya marah, saya cari di tiap departemen ternyata saya menemukan 30.000 rekening liar," ujarnya.
Laporan keuangan pemerintah, menurut Sri Mulyani memang masih jauh dari sempurna, namun dia tidak suka kalau ada yang menyebut laporan keuangan pemerintah amburadul.
"Saya legowo kalau penilaian disclaimer, tapi saya benci kalau dibilang amburadul, karena disclaimer itu pasti ada alasannya. Mungkin masyarakat bertanya kenapa 4 tahun disclaimer tapi menkeunya tidak diganti-ganti saya katakan walaupun tiap tahun menkeunya diganti, laporan keuangan tetap disclaimer," ujarnya.
***Hmm, jangan marah ya bu, saya jadiin cewek saya di blog ini.
Tetap semangat!!! anda penyelamat negara ini.
Cheers, frizzy2008.
Diambil dari detik.com.
Mata kuliah akuntansi sering kali membuat mahasiswa pusing tujuh keliling. Menkeu Sri Mulyani mengakui dirinya sempat tidak menyukai salah satu mata kuliah itu. Malah kalau dirinya jadi akuntan, mungkin tak pernah menjadi menkeu.
"Akuntansi itu it's not my favourite waktu kuliah nilai saya itu 6 sampai 6,5 tapi saya selalu amazed dengan akuntansi ini karena kanan kirinya harus balanced. Saya bingung bagaimana bisa seperti itu, tapi ke depan makin lama saya makin suka, mungkin saya telat sukanya, tapi saya beruntung, kalau saya jadi akuntan mungkin saya tidak akan menjadi menkeu," ujarnya.
Hal itu disampaikannya saat membuka Konferensi Sektor Publik di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (23/7/2008).
Akuntabilitas dalam pembuatan laporan keuangan negara itu penting dan sebagai menkeu dirinya kita bertanggung jawab untuk mengelola keuangan negara agar bisa dijalankan dengan baik.
"Meskipun saya sebagai menkeu ini bukan seorang akuntan. Kita punya tanggung jawab untuk membuat publik sektor lebih baik, dan yang paling penting itu adalah sisi keuangannya," ujarnya.
Kehadiran lembaga pengawas seperti BPK yang menggerayangi tiap sisi keuangan di negara ini tentunya diperlukan.
"Karena kalau Anda punya power kalau tidak ada yang ngecek maka akan ada korupsi pasti. Kekuasaan itu itu so delicious dan it's so tempting, bahkan lebih enak dari coklat atau nasi uduk, karena itu bagus kalau ada BPK yang mengaudit sisi keuangan," ujarnya.
Sekarang BPK sudah memeriksa keuangan negara, dan bahkan pernah menemukan 3.000 rekening liar di depertemen. "Saya tidak mau kalah, melihat hal ini saya marah, saya cari di tiap departemen ternyata saya menemukan 30.000 rekening liar," ujarnya.
Laporan keuangan pemerintah, menurut Sri Mulyani memang masih jauh dari sempurna, namun dia tidak suka kalau ada yang menyebut laporan keuangan pemerintah amburadul.
"Saya legowo kalau penilaian disclaimer, tapi saya benci kalau dibilang amburadul, karena disclaimer itu pasti ada alasannya. Mungkin masyarakat bertanya kenapa 4 tahun disclaimer tapi menkeunya tidak diganti-ganti saya katakan walaupun tiap tahun menkeunya diganti, laporan keuangan tetap disclaimer," ujarnya.
***Hmm, jangan marah ya bu, saya jadiin cewek saya di blog ini.
Tetap semangat!!! anda penyelamat negara ini.
Cheers, frizzy2008.
Sang Maestro: Ni Ketut Canin
Fahmi Rizwansyah says:
Kalian pasti salut sama Ni Ketut Canin.
Penonton juga dibuat terkejut begitu menyaksikan sang penari utama ternyata sudah berusia lanjut, 85 tahun, namun penampilannya tetap saja prima. "Penampilannya luar biasa sekali. begitu juga dengan penarinya," kata Haruko Konishi, salah seorang penonton.
Selama dua jam, sang empu tari, bersama cucunya, Ni Wayan Sekariani dan cicitnya, Sri Maharyeni, membawakan tarian sakral Joged Pingitan. Sebuah tarian yang kian langka di Bali, karena hanya bisa disaksikan di dua desa saja, Desa Tegunungan dan Desa Sukawati.
Ungkapan seperti sugoi (luar biasa, hebat" ataupun amazing (menakjubkan) banyak keluar dari bibir para penonton yang baru saja menyaksikan penampilan Ni Ketut Cenik di sebuah aula di Gedung Bunka-Hoso, Tokyo, Selasa (16/9) malam. Sambil bertepuk tangan yang cukup lama, para penonton itu bangun dari kursinya dengan terus menatap ke arah Ni Ketut Cenin, yang bersama kelompoknya, perlahan-lahan meninggalkan panggung.
Komentar kekaguman tersebut memang merupakan kalimat yang paling pantas diucapkan untuk mengekspresikan kekaguman sekitar 200 penonton Tokyo, yang malam itu memadati media Plus Hall, di gedung Bunka-Hoso. Ribuan pengunjung Jepang sebelumnya mulai dari Osaka, Nagoya, Kyoto hingga Matsue sudah lebih dulu dibuat tepesona.
Penampilan dari perempuan kelahiran Banjar Pekandelan, Desa Batuan, Gianyar, menjadi istimewa, tidak saja penampilannya yang lincah, tetapi juga karena sang maestro melibatkan cucunya Ni Wayan Sekariani dan cicitnya Sri Maharyeni yang tampil tidak kalah energiknya. Sedangkan putranya, I Nyoman Budi Artha, yang juga pimpinan rombongan, bertindak selaku salah seorang pemusik gamelan.
Sama seperti tari Bali lainnya yang dinamis dan atraktif, ketiganya pun menari dengan lincah diiringi musik gamelan yang tidak kalah ramainya. Begitu gamelan berbunyi, dengan sigap NI Ketut Cenik menari, meliukkan badan dengan anggun, mengikuti irama musik. Saat menari seolah ada roh dari kekuatan tari itu yang hinggap dan membuatnya menjadi muda kembali.
Tarian yang menampilkan enam tokoh itu kemudian ditutup dengan tarian yang berkisah mengenai Calonarang. Sebuah cerita yang bersumber cerita rakyat mengenai kemenangan kebaikan atas kejahatan. Tarian yang dibawakan secara bergiliran itu ternyata mampu menahan penonton untuk tidak beranjak dari duduknya hingga pertunjukan berakhir.
Tari Joged Pingitan sendiri semakin tidak populer di kalangan generasi muda Bali, bahkan kian langka, karena hanya ada di pedesaan. Itu pun hanya terdapat di dua desa saja, salah satunya di Gianyar. Menurut I Nyoman Budi Artha, putra dari Ni Ketut Cenik,tarian tersebut berfungsi sebagai tarian wali, tarian ritual bagi sang dewa. Jadi bukan sembarang tarian.
"Bagi dodong (nenek) tari ini juga merupakan tarian untuk memuja dewa, jadi tidak bisa sembarangan," ujar Sekariani. Itu sebabnya sebelum membawakan tarian, baik pemusik, dan penari mengawalinya dengan sembahyang lebih dulu. Bahkan ruang tempat pertunjukan pun harus disucikan dulu.
Menurut Ni Wayan Sekariani, Jogged Pingitan salah satu penyebabnya karena tarian ini memiliki tingkat keahlian yang lebih sulit. Penarinya harus mampu membawakan gerakan tarian laki-laki yang tegas, namun juga mampu memadukannya dengan gerakan lembut dari tarian perempuan.
"Seiring dengan transformasi zaman, Joged Pingitan kini tinggal di desa-desa saja. Begitu juga dengan penarinya yang kian sulit ditemukan. Makanya kami, bersama Ni Ketut Cenik, giat mewariskan tarian ini ke generasi selanjutnya agar tidak hilang," katanya.
diambil dari http://www.mediaindonesia.com/index.php?ar_id=MzA5NzA=
Cheers, frizzy2008.
Kalian pasti salut sama Ni Ketut Canin.
Penonton juga dibuat terkejut begitu menyaksikan sang penari utama ternyata sudah berusia lanjut, 85 tahun, namun penampilannya tetap saja prima. "Penampilannya luar biasa sekali. begitu juga dengan penarinya," kata Haruko Konishi, salah seorang penonton.
Selama dua jam, sang empu tari, bersama cucunya, Ni Wayan Sekariani dan cicitnya, Sri Maharyeni, membawakan tarian sakral Joged Pingitan. Sebuah tarian yang kian langka di Bali, karena hanya bisa disaksikan di dua desa saja, Desa Tegunungan dan Desa Sukawati.
Ungkapan seperti sugoi (luar biasa, hebat" ataupun amazing (menakjubkan) banyak keluar dari bibir para penonton yang baru saja menyaksikan penampilan Ni Ketut Cenik di sebuah aula di Gedung Bunka-Hoso, Tokyo, Selasa (16/9) malam. Sambil bertepuk tangan yang cukup lama, para penonton itu bangun dari kursinya dengan terus menatap ke arah Ni Ketut Cenin, yang bersama kelompoknya, perlahan-lahan meninggalkan panggung.
Komentar kekaguman tersebut memang merupakan kalimat yang paling pantas diucapkan untuk mengekspresikan kekaguman sekitar 200 penonton Tokyo, yang malam itu memadati media Plus Hall, di gedung Bunka-Hoso. Ribuan pengunjung Jepang sebelumnya mulai dari Osaka, Nagoya, Kyoto hingga Matsue sudah lebih dulu dibuat tepesona.
Penampilan dari perempuan kelahiran Banjar Pekandelan, Desa Batuan, Gianyar, menjadi istimewa, tidak saja penampilannya yang lincah, tetapi juga karena sang maestro melibatkan cucunya Ni Wayan Sekariani dan cicitnya Sri Maharyeni yang tampil tidak kalah energiknya. Sedangkan putranya, I Nyoman Budi Artha, yang juga pimpinan rombongan, bertindak selaku salah seorang pemusik gamelan.
Sama seperti tari Bali lainnya yang dinamis dan atraktif, ketiganya pun menari dengan lincah diiringi musik gamelan yang tidak kalah ramainya. Begitu gamelan berbunyi, dengan sigap NI Ketut Cenik menari, meliukkan badan dengan anggun, mengikuti irama musik. Saat menari seolah ada roh dari kekuatan tari itu yang hinggap dan membuatnya menjadi muda kembali.
Tarian yang menampilkan enam tokoh itu kemudian ditutup dengan tarian yang berkisah mengenai Calonarang. Sebuah cerita yang bersumber cerita rakyat mengenai kemenangan kebaikan atas kejahatan. Tarian yang dibawakan secara bergiliran itu ternyata mampu menahan penonton untuk tidak beranjak dari duduknya hingga pertunjukan berakhir.
Tari Joged Pingitan sendiri semakin tidak populer di kalangan generasi muda Bali, bahkan kian langka, karena hanya ada di pedesaan. Itu pun hanya terdapat di dua desa saja, salah satunya di Gianyar. Menurut I Nyoman Budi Artha, putra dari Ni Ketut Cenik,tarian tersebut berfungsi sebagai tarian wali, tarian ritual bagi sang dewa. Jadi bukan sembarang tarian.
"Bagi dodong (nenek) tari ini juga merupakan tarian untuk memuja dewa, jadi tidak bisa sembarangan," ujar Sekariani. Itu sebabnya sebelum membawakan tarian, baik pemusik, dan penari mengawalinya dengan sembahyang lebih dulu. Bahkan ruang tempat pertunjukan pun harus disucikan dulu.
Menurut Ni Wayan Sekariani, Jogged Pingitan salah satu penyebabnya karena tarian ini memiliki tingkat keahlian yang lebih sulit. Penarinya harus mampu membawakan gerakan tarian laki-laki yang tegas, namun juga mampu memadukannya dengan gerakan lembut dari tarian perempuan.
"Seiring dengan transformasi zaman, Joged Pingitan kini tinggal di desa-desa saja. Begitu juga dengan penarinya yang kian sulit ditemukan. Makanya kami, bersama Ni Ketut Cenik, giat mewariskan tarian ini ke generasi selanjutnya agar tidak hilang," katanya.
diambil dari http://www.mediaindonesia.com/index.php?ar_id=MzA5NzA=
Cheers, frizzy2008.
Subscribe to:
Posts (Atom)