Blog campur-campur
Showing posts with label opini. Show all posts
Showing posts with label opini. Show all posts

Gaul dan terminologinya

Fahmi Rizwansyah says:

Gue anak gaul nih --> konotasinya adalah anak muda yg mudah bergaul
Bergaullah dengan temanmu sebaik-baiknya --> nasehat orang tua pada anaknya waktu mau berangkat ke sekolah
Kita hidup dalam pergaulan modern --> pidato Presiden
Gaulilah istrimu/suamimu dengan sebaik-baiknya --> nasehat perkawinan

tapi gimana kalo begini yaa
Gue anak yang mudah digauli nih???
Gaulilah temanmu sebanyak-banyaknya????

Ada masukan gak sobbb, lagi mau gaul niiii...

Cheers, frizzy2008.

Pandanganku tentang PRT

Fahmi Rizwansyah says:

Aku adalah penganut paham anti feodalisme. Ini pandanganku mengenai keberadaan PRT (Pembantu Rumah Tangga) di rumah.
  1. PRT adalah manusia, sama dengan majikan.
  2. Scope pekerjaannya harus jelas.
  3. PRT yang telah melewati masa probation, maka harus diperlakukan seperti pegawai.
  4. Jadwal dia bekerja, berlibur, mengambil cuti dan hak untuk bersenang-senang sebagaimana layaknya majikannya harus dihormati. PRT punya waktu privacy sendiri di luar jam kerja.
  5. Bahwa hidupnya seorang PRT itu tergantung dia sendiri bukan tergantung majikannya.
  6. Majikan hanya berhak menegur untuk kesalahan profesi dan majikan tidak berhak menggunakan anggota badannya secara langsung maupun tidak langsung menyakiti hati dan diri seorang PRT (sesuai dengan hukum UU KDRT dan Pidana)
  7. Jam kerja PRT harus mengikuti peraturan Depnaker.
  8. Majikan harus memberikan basic training dan tidak membiarkan seorang PRT mengerjakan sesuatu yang belum dia mengerti cara melakukannya. Dan majikan tidak berhak mengatakan bodoh kepada PRT untuk sesuatu hal diluar kemengertiannya. Kerusakan yang disebabkan oleh PRT harus dianalisa root causenya. Apakah karena lalai atau ketidaktahuan/ketidakmengertian.
  9. Reward dan punishment harus diterapkan namun majikan tidak boleh menerapkan aturan denda financial kepada PRT, kecuali kerusakan materi yang disebabkan oleh kelalaian profesi.
  10. Perlakuan lainnya adalah hal-hal yang sesuai dengan prinsip Pancasila dan UUD 1945.
Semoga pemikiran ini bisa membuka wacana pemahaman kebangsaan yang lebih luas dalam arti kita memperlakukan manusia Indonesia di dalam diri, keluarga dan masyarakat kita. PRT sangat bisa diterima sebagai profesi di luar negeri, dan tidak ada bukti PRT membuat bangkrut majikan.

Mana pandanganmu?!!!

Artikel frizzy untuk Gerakan Indonesia Bangkit
Didukung oleh www.MediaKita.info.ms

Cheers, frizzy2008.

Executive Musholla?

Fahmi Rizwansyah says:


Ini ide pintar atau bodoh ya??? Kok ada Executive Musholla di Senayan City...


Cheers, frizzy2008.

Catatan Rosihan Anwar: Contoh China dan India, Begitukah?

Fahmi Rizwansyah says:

(ANTARA News)
Lee Kuan Yew, mantan PM Singapura ketika berbicara pada "Indonesia Forum Foundation" di Jakarta 26 Juli 2007 minta Indonesia mencontoh China dan India. Kedua negara itu berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 8-10 persen setahun secara berkesinambungan.

Pendapat Lee tadi rupanya digarisbawahi oleh sementara ekonom Indonesia.

Dalam seminar yang digelar oleh Akademi Jakarta di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 24 Agustus 2007, konsultan pengembangan bisnis Ir. Mathiyas Thaib (54) mengatakan bahwa cetak biru ekonomi nasional Indonesia saat ini sudah tidak tepat, usang, dan sejak awal sudah salah rancang karena menganggap uang dan utang sebagai faktor pokok dan kemudian dipercaya bahwa pengelolaan uang dan utang akan menciptakan kesejahteraan rakyat.

Sedangkan kesejahteraan dapat dicapai oleh negara berbasis arsitektur ekonomi nasional yang mengutamakan produktivitas untuk menciptakan ekonomi berbiaya rendah.

Mathiyas Thaib lalu menambahkan bahwa peranan pemerintah untuk menciptakan kesejahteraan bagi bangsanya sangat menonjol pada negara China dan India.

Saya bukan ahli ekonomi, tetapi bila mendengar orang menganjurkan agar Indonesia meniru China dan India saya menjadi risau dan bertanya apakah benar begitu nian kemajuan ekonomi China? Apakah benar angka 10 persen pertumbuhan ekonominya tiap tahun?

Lester Thurow, guru besar ekonomi dan manajemen Institut Teknologi Massachusetts (MIT) AS belum lama berselang menyiarkan analisis, sebagaimana dikutip "Tribune Media Services International" edisi 25 Agustus 2007, mengenai klaim resmi China, yakni pertumbuhan 10 persen tadi.

Dia memperkirakan bahwa laju pertumbuhan riil China adalah antara 4,5 - 6 persen, dan kedua angka itu tidak akan memberikan suatu ekonomi adidaya (superpower economy) dalam abad sekarang ini.

Saya tidak akan mencampuri perbedaan pendapat ini, manakah yang betul di antara 10 persen dengan 4,5 - 6 persen? Tetapi sebagai orang awam saya menggunakan pertimbangan berdasarkan informasi dari media cetak dan elektronik.

Maka di tayangan televisi saya lihat betapa hebatnya kemajuan di Beijing dan Shanghai dibandingkan dengan kunjungan saya ke sana 22 tahun lalu. Waktu itu saya sempat melihat daerah pedalaman yang dalam banyak hal masih tertinggal.

Kini saya lihat kontras tajam. Beijing memperlihatkan mal serba megah, menjual barang-barang canggih dan mewah, dikerumuni pembeli dari kelas menengah baru yang mempunyai penghasilan yang tidak pernah dimimpikan pada zaman Mao Tse Tung, orang kaya baru yang datang dalam mobil pribadi.

Adegan beralih memperlihatkan Beijing tengah berbenah diri membangun stadion dan berbagai fasilitas pertandingan olimpiade mendatang dengan menggusur pemukiman rakyat miskin karena tempat itu dibutuhkan buat mendirikan gedung-gedung modern bertingkat.

Adegan berpindah lagi memperlihatkan kaum pekerja yang datang dari pedalaman mencari pekerjaan di kota-kota, diiringi suara narator yang bercerita bahwa China telah berhasil mengangkat 300 juta warganya keluar dari jebakan kemiskinan.

Namun pada waktu bersamaan ada 125 juta orang yang sudah satu tahun tidak kembali menengok keluarganya di kampung asalnya, berpisah dengan anaknya. Jelas tampak suatu kesenjangan sosial yang sangat besar.

China mempunyai penduduk 1,5 milyar jiwa. Katakanlah 20 persen sudah menjadi "middle class", golongan yang berpenghasilan tinggi dan berkehidupan layak, berarti 300 juta jiwa.

Lalu bagaimana dengan sisanya yang merupakan mayoritas yaitu 1.200 juta jiwa? Bilakah pula mereka menikmati kekayaan yang dipupuk oleh adidaya ekonomi China?

Francois Hauter, wartawan suratkabar "Le Figaro" di Paris baru-baru ini menulis tentang dua China yang ko-eksis, hidup bersama yakni China yang modern yang diperagakan kepada orang-orang asing dan China yang disembunyikan di mana "tidak suatu pun yang telah berubah dalam masa seperempat abad".

Tayangan TV berganti dan membawa kepada pemandangan di kota Mumbai (dulu Bombay) dan di Bengalore yang dijuluki sebagai "silicon valley"-nya India.

Kita semua sudah tahu bahwa India juga mengalami pertumbuhan ekonomi sekitar 10 persen untuk masa yang lama.

Saya lihat industrialis India yang banyak telah membeli perusahaan besar di luar negeri memaparkan dengan bangga usaha dan karyanya.

Saya lihat generasi muda yang bekerja di bidang teknologi informasi menguraikan lingkungan pekerjaannya di Bengalore City, bagaimana orang-orang muda yang punya banyak duit itu sudah biasa mencicipi minuman anggur (tanda kemakmuran kelas menengah).

Saya bertanya pada diri sendiri, 20 persen dari penduduk India yang 1.000 juta (satu milyar) jiwa itu sudah masuk kelas menengah, tetapi bagaimana nasib 800 juta rakyat yang miskin itu. Adakah yang mengurus kehidupan mereka, kelas menengahkah, pasar bebaskah, pemerintah?

Maka saya terpikir, jika Indonesia meniru China dan India, andaikanlah berhasil, maka dari penduduk sejumlah 220 juta jiwa, 20 persen bisa pindah masuk ke kelas menengah, berarti 44 juta, lalu bagaimana nasib kurang lebih 156 juta jiwa? Ini suatu kesenjangan yang besar.

Dapatkah ini kita terima sebagai bangsa yang telah mendirikan Republik ini dengan konstitusinya yang ingin mewujudkan kemakmuran, keadilan bagi rakyatnya? Ataukah kita sudah puas membaca dalam sebuah penerbitan tentang daftar orang-orang kaya di Indonesia, perusahaan-perusahaan besar yang belum bisa diandalkan apakah mereka itu punya hati nurani sosial? Yang suka pamer kekayaan mereka di tengah kemiskinan rakyat Indonesia? Contoh China dan India, begitukah?

Cheers, frizzy2008.

Erotika dalam karya fiksi

Fahmi Rizwansyah says:

Oleh Mulyo Sunyoto

Ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, eseis Goenawan Mohamad sudah membaca novel George Orwell yang berjudul "1984" dalam versi aslinya.
"Saya baca terutama di bagian-bagian yang memuat deskripsi erotik," katanya. Pengalaman Goenawan tentu tidaklah istimewa. Karena pembaca pada umumnya secara naluriah tak akan melewatkan bagian penggambaran perilaku erotik ketika menikmati karya fiksi.

Itu sebabnya para novelis menjadikan deskripsi perilaku erotik sebagai bagian tak terpisahkan dari totalitas cerita. Ada pengarang yang menjaga agar deskripsi mengenai perilaku erotik itu jangan sampai terjerumus ke dalam klasifikasi pornografis. Ada pengarang yang tak mempedulikan batas-batas klasifikasi itu.

Jika tujuan penggambaran atau deskripsi mengenai perilaku erotis itu adalah untuk merangsang naluri seksual pembaca, seperti dijelaskan Webster`s New Explorer Dictionary, penggambaran itu bisa dikategorikan sebagai pornografi.

Dalam novel terbaru Ayu Utami "Bilangan Fu", misalnya, deskripsi perilaku erotik jelas tidak dimaksudkan untuk merangsang seksual pembaca karena sang pengarang tak membuat deskripsi jasmaniah-harfiah. Sebaliknya, Ayu sengaja mengaburkan adegan erotik lewat bahasa metaforik, yang sebetulnya bisa saja dianggap lebih merangsang fantasi seksual pembaca.

Di halaman 38 novel setebal 531 pagina itu, Ayu membahasakan adegan seks dengan pilihan kata berikut:
"Di dalam kamar kubiarkan Marja memicu kudanya untuk berlari lebih cepat lagi. Kubiarkan ia menaji si kuda dengan sanggurdinya yang tak berbelas kasih. Ia mengucapkan segala sumpah serapah yang terdengar oleh seluruh dunia dan kata-kata kotor pada kuda yang mulai kehilangan kontrol."

Diksi metaforik dalam pasase itu seperti "kuda", "menaji", "sanggurdi," digunakan pengarangnya untuk menghindari lukisan-lukisan verbal-vulgar yang biasa digunakan kalangan pengarang novel picisan.


Tak vulgar

Sementara itu dalam "God of Small Things", bahasa harfiah dipakai oleh Arundhaty Roy untuk melukisan percintaan erotik antara Ammukuty, seorang janda, dengan jejaka yang digandrunginya, Velutha. Meskipun bisa dicap pornografis, deskripsi tentang percintaan erotis yang digubah Arundhaty jauh dari kesan porno yang vulgar.
Kenapa? Sebab Arundhati meletakkan adegan erotik itu dalam bingkai situasi yang tegang. Sang lelaki dalam ancaman disiksa warga setempat karena nekat bercinta dengan wanita dari kasta tinggi sementara dia sendiri dari golongan sudra.

Bahasa harfiah yang melukisan tubuh manusia yang sedang bercinta antara lain diwujudkan dalam kalimat berikut: "Ammu menjulurkan lidahnya dan mengecapkannya di ceruk kerongkongan lelaki itu. Di cuping telinganya. Ia menarik kepala lelaki itu ke arahnya, dan mencium mulutnya. Ciuman berkabut...."

Namun, untuk adegan hubungan intim, Arundhati tidak seharfiah saat ia melukiskan adegan ciuman, yang menurut banyak kalangan belum "porno banget", meskipun Lembaga Sensor Film (LSF) suka menggunting pita seluloid yang berisi adegan ciuman.
Inilah deskripsi Arundhaty untuk adegan "porno" yang disampaikan dalam diksi dan frasa metaforik:
"Sepasang mata yang berkabut menatap sepasang mata yang berkabut dalam tatapan mesra, dan seorang wanita yang berkilauan membuka dirinya pada seorang lelaki yang berkilauan. Wanita itu selebar dan sedalam sungai di saat banjir. Lelaki itu menyelam ke dalam airnya. Wanita itu dapat merasakan lelaki itu bergerak semakin dalam dan semakin dalam di dalam dirinya. Sibuk sekali. Hingar bingar..."

Fiksi yang menguraikan perilaku erotis dengan bahasa yang denotatif, menurut kritikus Milan Kundera, tidak akan sedahsyat yang menggunakan kiasan atau metafora. Terkait dengan metafora, pengarang Putu Wijaya mengamini Kundera. Putu selalu menghadirkan tamsil, ibarat, kiasan dan metafora dalam fiksi-fiksi gubahannya. Semua medium ekspresi itu diramu dan disampaikan untuk menghadirkan pekabaran yang memukau.

Para pengarang tak henti-hentinya mengeksplorasi dan mencita bahasa metaforik, termasuk ketika mereka mendeskripsikan perilaku erotis dalam karya-karya fiksi mereka.

Cheers, frizzy2008.

Indahnya cinta

Fahmi Rizwansyah says:

Everyone needs love
You know that it's true
Someday you'll find someone
That'll fall in love with you
But oh the time it takes
When you're all alone
Someday you'll find someone
That you can call your own

Ini adalah potongan lagu My Michelle dari Album Appetite For Destructionnya GNR.
Setiap orang merindukan cinta yang tulus dan istimewa setiap hari. Ingin ada seseorang yang bisa diajak untuk mendengar cerita dan bertukar pikiran secara ekslusif yang ujung-ujungnya adalah saling memiliki dan merasa cukup menikmati indahnya dunia ini berdua aja.
Sayangnya gak setiap orang bisa beruntung seperti itu yach...
Oke buat yang mau tau lirik di atas klik aja di sini.

Cheers, frizzy2008.

Belajar lagi

Fahmi Rizwansyah says:

Perjuangan membangun sistem informasi berbasiskan OS linux harus dikembangkan. Karena pemerintah kita mempunyai program mengembangkan open source di negeri tercinta ini.
Aku sendiri akan berkonsentrasi membuat aplikasi bisnis kecil-kecilan, seperti membuat administrasi surat dinas.
Aplikasi tersebut diharapkan dapat membantu para sekretaris perusahaan mengorganisir nomor2 surat dari dan ke dalam perusahaan. Karena akan ada banyak surat yang harus diatur oleh sebuah perusahaan dalam tahun2 berjalan. Seperti kita ketahui, surat adalah dokumen penting bagisebuah lembaga berbadan hukum, dan surat mempunyai nilai yang dapat dipertanggungjawabkan di muka hukum.
Memang ada yang bilang, sistem ini lebih tepat disebut sistem kearsipan. Tapi ingat! penomoran surat dinas keluar perusahaan harus dilakukan sebelum surat itu dikeluarkan. Dan bukankah tertib administrasi yang dilakukan oleh sebuah badan usaha bisa menyatakan bahwa perusahaan itu bonafid.
Pernah juga ada teman yang kesulitan menelusuri surat-surat yang berkaitan dengan tradingnya. Beliau ingin membuat satu siklus surat, dari penawaran sampai penjualan dan dapat menelusuri pekerjaan para pegawainya, khususnya bagian marketing dan sales.
Aku bisa membayangkan kesulitan yang dihadapi teman2 yang lain bila berhadapan dengan customer atau client yang menggunakan surat menyurat dengan intensifitas tinggi.

Cheers, frizzy2008.