Fahmi Rizwansyah says:
Tulisan 1 (pertama) dari 2 (dua) tulisan.
Tanggapan artikel Masyarakat Tradisional Vs. Kapitalis = Pembangunan
Tulisan Mr. Abdul Wahab Kiak
Pertama-tama aku akan mengenalkan background dan pola berpikirku. Aku telah bekerja di bidang System Integrator selama lebih dari 14 tahun.
Dalam memberikan solusi, metode yang kupakai adalah Engineering. Suatu metode pemecahan masalah yang menggunakan analisa dari seluruh hal-hal yang saling berkaitan.
Permasalahan yang diselesaikan tanpa analisa yang lengkap, hanya akan menyimpan permasalahan yang menggunung. Yang terlihat bisa dijalankan untuk sementara, namun akan gagal untuk ke depannya.
Berbicara mengenai pembangunan pada sektor kehutanan. Hal yang mendasar adalah kita harus mengetahui seluruh potensi hutan yang ada, berikut seluruh sumber daya alam pendukungnya dan yang paling penting adalah sumber daya manusianya. Ketika bicara tentang semua hal ini, tentunya kita memerlukan analis-analis dalam bidangnya.
Aku tidak pernah setuju pada sebuah keputusan yang tidak didasari oleh analisa yang tepat dan akurat. Apalagi keputusan yang hanya diputuskan oleh seseorang tanpa alasan yang komprehensif. Please dong ah, kita sekarang hidup di alam yang penuh teknologi modern, teknologi yang dibangun dengan proses analisa yang mendalam sehingga sebuah teknologi, dari yang sederhana sampai yang canggih dan rumit sekalipun dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat di seluruh dunia. Aku contohkan misalnya satu set tool box, furnitur dengan disain modern, handphone, sampai prosesor komputer yang proses pembuatannya sangat2 rumit dll. Amazing isn't it!
Maaf saudara, sekarang bukan waktunya lagi seorang pejabat pengambil keputusan bisa berlagak layaknya manusia super yang berwibawa di seluruh jagad raya. Aku sering tertawa membaca tulisan2 di prasasti2 kuno yang terlalu memuji seorang raja secara hiperbolis yang jelas kebangetan tapi mampu mempengaruhi masyarakat yang berpendidikan rendah.
Berikut adalah para analis yang dibutuhkan dalam pembangunan sektor kehutanan.
1. Analis Antropologi/Budaya/Adat Istiadat/Agama
2. Analis Hukum, Teritorial dan keamanan
3. Analis Kehutanan dan Perkebunan
4. Analis Politik
5. Analis Sumber Daya Manusia
6. Analis Resiko
7. Analis Komunikasi/Hubungan Kemasyarakatan
8. Analis Keuangan/Finansial
9. Analis Perpajakan
10. Analis Operasional
11. Analis Akuntansi
11. Analis Kualitas
12. Analis Kepatuhan (Compliance)
13. Analis Teknologi
14. Analis Produk
15. Analis Pemasaran dan penjualan
16. ...dll yang belum terpikirkan
Para analis di atas adalah panita yang merumuskan masalah, memberikan ide, memberikan batasan-batasan, memberikan arahan, mencari kesepakatan dan mencari keputusan.
Masalah teknis produksi, pemasaran, penjualan dan pemeliharaan tidak dicantumkan di sini, karena scope tersebut adalah sesuatu hal kompleks yang lain lagi.
Ingat!, hutan adalah pemberian Tuhan, bukan buatan manusia. Maaf, bukan maksud menggurui tapi memang inilah yang ada dalam otakku.
Sekali lagi saudaraku, janganlah keputusan yang sangat penting ini dibebankan/dibiarkan kepada satu orang/satu golongan saja. Agama mengajarkan kita untuk menyerahkan setiap persoalan kepada ahlinya bukan kepada orang yang tidak paham apalagi yang sok paham. Untuk itu, hindarilah pemujian yang berlebihan kepada seseorang atau golongan tertentu. Mari kita ubah paradigma tersebut bersama-sama yaa.
Masyarakat Tradisional Vs. Kapitalis = Pembangunan
sebelumnya aku akan membuat definisi Masyarakat Tradisional, Kapitalis dan Pembangunan. Ketiga hal ini aku sebut entiti, setiap entiti punya karakter/sifat yang berbeda sehingga penanganan dan pemecahan masalahnya pun berbeda.
Namun patut diingat bahwa ulasan aku berasal dari berita-berita umum yang ada, sehingga point of viewnya jelas berbeda dengan orang2 yang menghadapinya secara langsung.
Berbicara masyarakat tradisional pasti berbicara masalah struktur masyarakat adat. Sebagai orang yang hidup di era modern seperti sekarang, aku sangat jauh dari mengerti mengenai struktur adat. Ditambah dengan paham nasionalis dan demokratis yang aku anut, sebagai orang yang hanya diberi pengertian bahwa aku adalah orang dan manusia Indonesia yang harus hidup dengan ideologi Pancasila, aku tidak akan mengkotak-kotakan suku bangsa yang satu dengan yang lain. Namun aku sangat menghargai penduduk asli yang telah sepaham menganggap bahwa tanah kelahirannya adalah haknya mereka, meskipun bukan mereka yang membuatnya (mohon dibaca dengan pikiran terbuka dan modern).
Oke, mari kita lanjutkan. Aku menganggap struktur yang sekarang ada harus dijaga namun TETAP harus dikembangkan, disesuaikan dan dialokasikan sumber dayanya untuk menghadapi kompetisi global.
Kenapa aku bicara kompetisi? Karena dalam agama kita ditekankan untuk tidak iri dan dengki, namun diwajibkan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya untuk bersaing dalam perdagangan, menolak riba dan mencari ridha Allah SWT seluas-luasnya.
Sebuah tim (struktur adat) yang kaku tidak akan mampu menghadapi variasi kompetisi yang berbeda-beda. Karena tiap potensi kehutanan di suatu daerah pasti berbeda dengan yang lainnya. Semua pihak yang terkait harus jujur menyatakan potensi dirinya, tidak boleh ada yang merasa superior jika kita bicara sumber daya. Pandangan hanya penguasa yang mengerti akan keadaan teritorialnya adalah pandangan yang lemah dan sulit diterima oleh masyarakatnya saat ini. Sebagai profesional, mungkin aku bisa sarankan untuk merombak tatanan struktural yang ada dengan tetap melibatkan nafas budaya yang dianut meskipun itu pasti ditentang oleh 'masyarakatnya'.
Dari sini diharapkan semua pihak akhirnya sadar, aware akan potensinya dan mensosialisasikan kepada masyarakat lainnya di seluruh Indonesia. Sehingga jika ternyata ada pihak masyarakat dari daerahlain menyatakan bisa membantu, kita tidak perlu lagi bantuan dari negara lain.
Sob, segitu dulu ya, karena aku mau ngurusin pendaftaran sekolah anak. Aku akan teruskan tulisan ini di posting berikutnya.
Cheers, frizzy.