Kita hidup dalam dunia yang terkontaminasi dengan bakteri yang ada di mana-mana. Selain ada di dalam makanan, minuman, dan air yang terkontaminasi, tubuh kita sendiri merupakan "rumah tinggal" bagi banyak jenis bakteri. Di dalam usus besar tinggal sekitar 500 jenis mikroba dengan 100 triliun bakteri di dalamnya. Ada jenis bakteri yang "jahat" seperti E coli (dapat menimbulkan diare), dan ada jenis bakteri yang "baik" seperti Lactobacillus dan Bifidobacteria yang menyehatkan tubuh kita.
Kedua jenis bakteri yang "bersahabat" bagi manusia ini sering digunakan sebagai kandungan probiotik yang semakin populer di berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia. Menurut dr Johanes C Chandrawinata, MND, SpGK, dokter spesialis gizi klinik dari RS Melinda, Bandung, dalam artikelnya di majalah Prevention, probiotik berarti suplemen bakteri hidup yang menguntungkan kesehatan dengan cara memperbaiki keseimbangan di dalam usus dan menstimulasi mekanisme kekebalan tubuh.
Probiotik sering juga disebut sebagai makanan fungsional karena definisinya adalah makanan yang bentuknya dapat sama atau menyerupai makanan biasa atau dalam bentuk minuman. Selain minuman probiotik, yang juga termasuk dalam kategori makanan fungsional ini adalah telur omega-3, protein kedelai, tomat, dan lain-lain.
Bukan cuma yoghurt
Bagaimana cara kerja probiotik sehingga baik dampaknya bagi kesehatan kita? Dalam usus besar, probiotik mencerna serat makanan larut air melalui proses fermentasi menjadi asam lemak rantai pendek, seperti asam butirat, propionat, dan asetat. Asam butirat ini merupakan "makanan" utama sel-sel normal usus halus dan menghambat pertumbuhan sel-sel abnormal, seperti sel kanker. Asam butiran ini menurunkan kadar kolesterol dalam darah dengan cara menurunkan produksinya dan meredistribusikan kolesterol dari darah ke hati. Selain itu, terjadi juga peningkatan dekonjugasi asam empedu dengan akibat penyerapan asam empedu terganggu, dan lebih banyak dibuang melalui feces, sehingga lebih banyak kolesterol yang dipakai untuk menghasilkan asam empedu.
Pertumbuhan bakteri probiotik yang menyehatkan juga menghambat pertumbuhan bakteri "jahat" dalam usus sehingga daya tahan usus meningkat. Juga mengurangi proses peradangan dan kerusakan selaput lendir usus. Faktor inilah yang dianggap mampu memperbaiki kondisi eksim atopik pada anak.
Nah, di sekitar kita sebenarnya ada begitu banyak pilihan makanan probiotik. Selain yoghurt, yang saat ini sedang populer, Anda tentu juga mengenal minuman fermentasi seperti Yakult, berbagai ragam kimchi (snack sayuran Korea), sauerkraut (kol yang difermentasi), serta miso dan tempe. Sekadar mengingatkan, tempe juga merupakan produk fermentasi dari biji kedelai dan beberapa bahan lain yang dikenal sebagai ragi tempe. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B, dan zat besi.
Namun, menentukan produk mengandung probiotik mana yang benar-benar bisa memberi manfaat seperti yang telah dipaparkan bisa jadi merepotkan. Dan, yang sering kita lewatkan adalah cara mengonsumsi yang benar dan tata aturan dalam menyimpan produk ini. Untuk itu, ada beberapa hal penting yang perlu kita perhatikan:
*Jatuhkan pilihan pada produk probiotik yang memiliki kandungan bakteri Lactobacillus dan Bifidobacterium. Kandungan dua jenis bakteri ini akan mampu bertahan melalui proses pencernaan di saluran cerna bagiant atas dan tetap hidup sampai di usus besar.
*Dr Johanes menganjurkan agar susu probiotik segera diminum setelah makan untuk membantu agar bakteri bisa bertahan terhadap kondisi asam lambung.
*Simpan produk probiotik dalam lemari es dengan suhu yang dijaga 4-8°C agar minuman tetap segar.
*Tidak ada dosis harian yang direkomendasikan untuk probiotik, namun penelitian menyarankan untuk mengonsumsi seporsi (secangkir) makanan probiotik setiap hari.
Bukan cuma yoghurt
Bagaimana cara kerja probiotik sehingga baik dampaknya bagi kesehatan kita? Dalam usus besar, probiotik mencerna serat makanan larut air melalui proses fermentasi menjadi asam lemak rantai pendek, seperti asam butirat, propionat, dan asetat. Asam butirat ini merupakan "makanan" utama sel-sel normal usus halus dan menghambat pertumbuhan sel-sel abnormal, seperti sel kanker. Asam butiran ini menurunkan kadar kolesterol dalam darah dengan cara menurunkan produksinya dan meredistribusikan kolesterol dari darah ke hati. Selain itu, terjadi juga peningkatan dekonjugasi asam empedu dengan akibat penyerapan asam empedu terganggu, dan lebih banyak dibuang melalui feces, sehingga lebih banyak kolesterol yang dipakai untuk menghasilkan asam empedu.
Pertumbuhan bakteri probiotik yang menyehatkan juga menghambat pertumbuhan bakteri "jahat" dalam usus sehingga daya tahan usus meningkat. Juga mengurangi proses peradangan dan kerusakan selaput lendir usus. Faktor inilah yang dianggap mampu memperbaiki kondisi eksim atopik pada anak.
Nah, di sekitar kita sebenarnya ada begitu banyak pilihan makanan probiotik. Selain yoghurt, yang saat ini sedang populer, Anda tentu juga mengenal minuman fermentasi seperti Yakult, berbagai ragam kimchi (snack sayuran Korea), sauerkraut (kol yang difermentasi), serta miso dan tempe. Sekadar mengingatkan, tempe juga merupakan produk fermentasi dari biji kedelai dan beberapa bahan lain yang dikenal sebagai ragi tempe. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B, dan zat besi.
Namun, menentukan produk mengandung probiotik mana yang benar-benar bisa memberi manfaat seperti yang telah dipaparkan bisa jadi merepotkan. Dan, yang sering kita lewatkan adalah cara mengonsumsi yang benar dan tata aturan dalam menyimpan produk ini. Untuk itu, ada beberapa hal penting yang perlu kita perhatikan:
*Jatuhkan pilihan pada produk probiotik yang memiliki kandungan bakteri Lactobacillus dan Bifidobacterium. Kandungan dua jenis bakteri ini akan mampu bertahan melalui proses pencernaan di saluran cerna bagiant atas dan tetap hidup sampai di usus besar.
*Dr Johanes menganjurkan agar susu probiotik segera diminum setelah makan untuk membantu agar bakteri bisa bertahan terhadap kondisi asam lambung.
*Simpan produk probiotik dalam lemari es dengan suhu yang dijaga 4-8°C agar minuman tetap segar.
*Tidak ada dosis harian yang direkomendasikan untuk probiotik, namun penelitian menyarankan untuk mengonsumsi seporsi (secangkir) makanan probiotik setiap hari.