Fahmi Rizwansyah says:
By Nic Fleming, Science Correspondent
Scientists have worked out why mosquitoes make a beeline for certain people but appear to leave others almost untouched.
Specific cells in one of the three organs that make up the mosquito’s nose are tuned to identify the different chemicals that make up human body odour.
To the mosquito some people’s sweat simply smells better than others because of the proportions of the carbon dioxide, octenol and other compounds that make up body odour.
It is those people who are most likely to be bitten.
The researchers believe the discovery of the way the mosquito smells will lead to the development of a new generation of repellents that would block mosquitoes’ nose - preventing them finding humans prey - within five to 10 years.
While helping those people who always seem to get bitten and people with allergic reactions to bites, such substances could also save millions of lives in the fight against malaria, most prevalent life-threatening disease in the world.
Mosquitoes use three organs to smell and taste – a feathery antenna which can identify a wide range of different chemicals, a proboscis used for short-range detection and the maxillary palp for longer range smelling.
US scientists, whose research was published today in the journal Current Biology, have produced a detailed map of the maxillary palp.
They found it contains a series of highly specialised receptor cells used to detect the different components of human body odour.
Laurence J. Zwiebel, professor of biological sciences at Vanderbilt University in Nashville, Tennessee, who led the study, said: “What makes mosquitoes such good transmitters of malaria is that they are extremely good at finding people to bite.
“The amazing thing that we found was that all the sensory hairs that line the bottom of the maxillary palp are identical.
“They are all attached to three neurons - one which is tuned to detect carbon dioxide, one which is tuned to detect octenol, and one which serves to enhance general olfactory reception.
“We are looking to make a new generation of repellents based on targeting these molecular components in the mosquitoe nose.
“If you can block or hyper-stimulate these receptors, the mosquito would not do nearly as well at finding human prey.”
Prof Zwiebel added he expected the new repellents to be available for use within five to ten years.
The tips of the organs that make up the mosquito nose are perforated with thousands of tiny holes that let aromatic compounds to penetrate.
Once inside chemicals encounter the receptors that detect specific molecules that identify potential targets as human.
Co-author of the research Tan Lu, also at Vanderbilt University, said: “These receptors are highly sensitive, which suggests that the maxillary palps serve as the malaria mosquito’s long-range detection system.”
Most of the reason for people believing they are targeted more frequently by mosquitoes is in reality down to their suffering more serious swellings and allergic reactions.
However it has been shown that some people are bitten more often because of differences in their body odour.
The researchers carried out their work on Anopheles gambiae, the mosquito species most responsible for spreading malaria.
They believe it can be applied to other malaria-spreading species.
Malaria infects some 650 million people per year worldwide and kills between one and three million, mostly young children in Sub-Saharan Africa.
The work is part of a large international collaboration led by the US National Institutes of Health aimed at developing a chemical strategy to combat the spread of malaria in the developing world.
Cheers, frizzy2008
Relaxing Articles for the real estate, flower shop, news, computers, gadget, entertainment, traveling, personal and Indonesia
Blog campur-campur
Blogger, sikap membuka diri
Fahmi Rizwansyah says:
Keputusanku menjadi blogger, salah satunya adalah keinginan membuka diri seluas-luasnya, namun aku sadari, aku harus memiliki etika dan pemahaman dalam menjalani kehidupan blogger. Sudah lama mencari-cari bahan untuk menyampaikannya, eh ternyata muncul di kompas online pagi ini, 1/1/2009.
Berikut tulisan yang disampaikan oleh Nilam Widyarini, MSi, dosen pada Fakultas Psikologi Universitas Guna Dharma, Jakarta
MEMBUKA diri terhadap orang lain (self disclosure) itu ibarat mata uang, memiliki dua sisi. Di satu sisi berarti memasuki hubungan yang lebih matang. Di sisi lain, terdapat risiko dicemooh dan dikhianati. Bagaimanapun, self disclosure merupakan isyarat berkembangnya hubungan yang sehat yang perlu dikelola.
Kadang-kadang kita dibuat kagum oleh seseorang yang dengan sangat terbuka dapat menceritakan apa saja yang ia pikirkan, rasakan, dan inginkan. Meskipun banyak kesulitan atau kekurangan, hidup seolah dirasa sebagai hal yang ringan, dan dilakoni tanpa beban.
Kita dapat menjadi lebih nyaman berinteraksi dengan pribadi seperti itu. Karena ia terbuka, kita pun dapat menjadi lebih terbuka, dan akhirnya relasi berlangsung lebih akrab dan saling percaya.
Namun, pada kesempatan lain kadang terjadi sebaliknya. Kita justru merasa muak dengan seseorang yang terlalu membuka diri sampai ke hal-hal yang sangat pribadi, yang menurut kita tidak pantas untuk diceritakan kepada orang banyak.
Hal yang Diungkapkan
Ada rambu-rambu dalam pengungkapan diri agar hubungan menjadi efektif:
- Lebih mengungkapkan perasaan daripada fakta. Bila kita mengungkapkan perasaan terhadap orang lain, berarti kita mengizinkan orang lain mengenali siapa kita sesungguhnya. Misalnya, informasi bagaimana kita mengembangkan hubungan dengan saudara-saudari kita membuat orang lain memahami kita, daripada sekadar memberikan informasi bahwa kita memiliki saudara.
- Semakin diperluas dan diperdalam. Mungkin kita masih mengalami perasaan tidak nyaman berbagi pengalaman dengan seseorang yang seharusnya dekat dengan kita. Untuk itu perlu dilakukan pengembangan hubungan ke arah yang lebih dalam (lebih mengungkapkan perasaan terhadap isu tertentu) dan diperluas (dengan mendiskusikan berbagai isu, seperti pekerjaan, keluarga, pengalaman religius, dan sebagainya).
- Fokus pada masa kini, bukan masa lampau. Bila berbagi pengalaman soal masa lalu menjelaskan mengapa dulu kita melakukan tindakan tertentu adalah bersifat katarsis (melepaskan ketegangan), tetapi dapat meninggalkan perasaan bahwa kita lemah. Hal ini terjadi terutama bila keterbukaan tidak berlangsung timbal balik. Jadi, lebih baik kita fokus pada situasi sekarang.
- Timbal balik. Kita harus selalu mencocokkan tingkat keterbukaan kita dengan tingkat keterbukaan orang yang kita jumpai. Hati-hati, jangan terlalu membuka diri secara dini, sebelum melewati masa-masa pengembangan hubungan yang familier dan saling percaya. Di sisi lain, bila diperlukan, tidak perlu menunggu orang membuka diri. Jangan takut untuk memulai langkah penting membangun hubungan. Berikan contoh, dan orang lain akan menyesuaikan diri. Bila orang tidak merespon secara seimbang, hentikan langkah tersebut.
Banyak Manfaat
Keterbukaan diri memiliki manfaat bagi masing-masing individu maupun bagi hubungan antara kedua pihak. Dengan membuka diri dan membalas keterbukaan diri orang lain, kita dapat meningkatkan komunikasi dan hubungan dengan orang lain.
Secara rinci manfaatnya adalah:
- Meringankan. Berbagi dengan orang lain mengenai diri atau persoalan yang kita hadapi, dapat memberikan kondisi psikologis yang meringankan. Misalnya, cerita tentang ketidakmampuan menghadapi ujian atau berakhirnya hubungan dengan seseorang. Bagaimana kita mengatasi hal itu? Bagaimana pandangan orang lain? Dengan membuka diri, kita memperoleh tambahan perspektif yang membantu diri sendiri melihat titik frustrasi dari sudut pandang orang lain.
- Membantu validasi (menguji ketepatan) persepsi terhadap realita. Dengan sudut pandang sendiri, kita mungkin cenderung menggunakan ukuran yang idealistis menurut diri sendiri. Bila kita mengomunikasikan hal tersebut dengan seseorang yang tepat (yang memberikan simpati, suportif, dapat dipercaya, dan pendengar yang baik), kita tidak hanya mendapatkan persetujuan, tetapi juga informasi yang diperlukan untuk lebih memahami diri sendiri, yang kita perlukan agar memahami dunia secara lebih realistis.
- Mengurangi tegangan dan stres. Bila kita menghadapi ketegangan atau stres karena suatu hal, bila tidak diungkapkan akan berkembang menjadi eksplosif (mudah meledak). Sebaliknya, bila diungkapkan kepada orang lain, kita akan menemukan jalan keluar. Andaikan tidak mendapat jalan keluar, setidaknya lebih ringan karena kita merasa tidak sendirian. Hal ini justru dapat membuat kita menjadi lebih dekat dengan orang lain dan menambah rasa nyaman pada saat itu maupun dalam relasi selanjutnya.
- Meringankan fisik. Terdapat keterkaitan antara pikiran dengan sistem tubuh kita. Adanya pengaruh positif pada pikiran (akibat pengungkapan diri), berakibat pada fisik. Berbagi atau mengungkapkan diri dengan orang lain, membuat stres kita berkurang, kecemasan berkurang, dan meredakan juga detak jantung dan tekanan darah. Dengan kata lain, pengungkapan diri dapat berpengaruh positif terhadap kesehatan fisik, selain emosi.
- Alur komunikasi yang lebih jelas. Dengan menunjukkan keinginan untuk membuka diri terhadap orang lain, dan menghargai pengungkapan diri orang lain, berarti kita meningkatkan kemampuan untuk memahami sudut pandang atau perspektif yang berbeda. Dengan demikian, kita akan lebih percaya diri untuk mengklarifikasi niat-niat atau makna-makna dari orang lain. Adanya umpan balik lewat diskusi terbuka, kekaburan dalam komunikasi diminimalkan.
- Mempererat hubungan. Bila antarekan lebih saling mengenal satu sama lain, terjadi efek timbal balik: keterbukaan mengembangkan rasa senang yang semakin meningkatkan keterbukaan dan berakibat makin kuatnya rasa senang. Tanpa pengungkapan diri, tingkat keeratan hubungan dan kepercayaan berada pada level rendah. Dengan keterbukaan dihasilkan kepercayaan, dan dengan kepercayaan dihasilkan kerja sama. Di dalam organisasi, kerja sama dan saling percaya ini menentukan inovasi yang sangat penting agar tetap survive dan mampu berkompetisi. Lebih dari itu, hasil riset menemukan bahwa bila antarekan kerja semakin menyukai kerja sama, mereka lebih produktif dalam mengerjakan proyek atau dalam situasi tim.
Cheers, frizzy2008.
Keputusanku menjadi blogger, salah satunya adalah keinginan membuka diri seluas-luasnya, namun aku sadari, aku harus memiliki etika dan pemahaman dalam menjalani kehidupan blogger. Sudah lama mencari-cari bahan untuk menyampaikannya, eh ternyata muncul di kompas online pagi ini, 1/1/2009.
Berikut tulisan yang disampaikan oleh Nilam Widyarini, MSi, dosen pada Fakultas Psikologi Universitas Guna Dharma, Jakarta
MEMBUKA diri terhadap orang lain (self disclosure) itu ibarat mata uang, memiliki dua sisi. Di satu sisi berarti memasuki hubungan yang lebih matang. Di sisi lain, terdapat risiko dicemooh dan dikhianati. Bagaimanapun, self disclosure merupakan isyarat berkembangnya hubungan yang sehat yang perlu dikelola.
Kadang-kadang kita dibuat kagum oleh seseorang yang dengan sangat terbuka dapat menceritakan apa saja yang ia pikirkan, rasakan, dan inginkan. Meskipun banyak kesulitan atau kekurangan, hidup seolah dirasa sebagai hal yang ringan, dan dilakoni tanpa beban.
Kita dapat menjadi lebih nyaman berinteraksi dengan pribadi seperti itu. Karena ia terbuka, kita pun dapat menjadi lebih terbuka, dan akhirnya relasi berlangsung lebih akrab dan saling percaya.
Namun, pada kesempatan lain kadang terjadi sebaliknya. Kita justru merasa muak dengan seseorang yang terlalu membuka diri sampai ke hal-hal yang sangat pribadi, yang menurut kita tidak pantas untuk diceritakan kepada orang banyak.
Hal yang Diungkapkan
Ada rambu-rambu dalam pengungkapan diri agar hubungan menjadi efektif:
- Lebih mengungkapkan perasaan daripada fakta. Bila kita mengungkapkan perasaan terhadap orang lain, berarti kita mengizinkan orang lain mengenali siapa kita sesungguhnya. Misalnya, informasi bagaimana kita mengembangkan hubungan dengan saudara-saudari kita membuat orang lain memahami kita, daripada sekadar memberikan informasi bahwa kita memiliki saudara.
- Semakin diperluas dan diperdalam. Mungkin kita masih mengalami perasaan tidak nyaman berbagi pengalaman dengan seseorang yang seharusnya dekat dengan kita. Untuk itu perlu dilakukan pengembangan hubungan ke arah yang lebih dalam (lebih mengungkapkan perasaan terhadap isu tertentu) dan diperluas (dengan mendiskusikan berbagai isu, seperti pekerjaan, keluarga, pengalaman religius, dan sebagainya).
- Fokus pada masa kini, bukan masa lampau. Bila berbagi pengalaman soal masa lalu menjelaskan mengapa dulu kita melakukan tindakan tertentu adalah bersifat katarsis (melepaskan ketegangan), tetapi dapat meninggalkan perasaan bahwa kita lemah. Hal ini terjadi terutama bila keterbukaan tidak berlangsung timbal balik. Jadi, lebih baik kita fokus pada situasi sekarang.
- Timbal balik. Kita harus selalu mencocokkan tingkat keterbukaan kita dengan tingkat keterbukaan orang yang kita jumpai. Hati-hati, jangan terlalu membuka diri secara dini, sebelum melewati masa-masa pengembangan hubungan yang familier dan saling percaya. Di sisi lain, bila diperlukan, tidak perlu menunggu orang membuka diri. Jangan takut untuk memulai langkah penting membangun hubungan. Berikan contoh, dan orang lain akan menyesuaikan diri. Bila orang tidak merespon secara seimbang, hentikan langkah tersebut.
Banyak Manfaat
Keterbukaan diri memiliki manfaat bagi masing-masing individu maupun bagi hubungan antara kedua pihak. Dengan membuka diri dan membalas keterbukaan diri orang lain, kita dapat meningkatkan komunikasi dan hubungan dengan orang lain.
Secara rinci manfaatnya adalah:
- Meringankan. Berbagi dengan orang lain mengenai diri atau persoalan yang kita hadapi, dapat memberikan kondisi psikologis yang meringankan. Misalnya, cerita tentang ketidakmampuan menghadapi ujian atau berakhirnya hubungan dengan seseorang. Bagaimana kita mengatasi hal itu? Bagaimana pandangan orang lain? Dengan membuka diri, kita memperoleh tambahan perspektif yang membantu diri sendiri melihat titik frustrasi dari sudut pandang orang lain.
- Membantu validasi (menguji ketepatan) persepsi terhadap realita. Dengan sudut pandang sendiri, kita mungkin cenderung menggunakan ukuran yang idealistis menurut diri sendiri. Bila kita mengomunikasikan hal tersebut dengan seseorang yang tepat (yang memberikan simpati, suportif, dapat dipercaya, dan pendengar yang baik), kita tidak hanya mendapatkan persetujuan, tetapi juga informasi yang diperlukan untuk lebih memahami diri sendiri, yang kita perlukan agar memahami dunia secara lebih realistis.
- Mengurangi tegangan dan stres. Bila kita menghadapi ketegangan atau stres karena suatu hal, bila tidak diungkapkan akan berkembang menjadi eksplosif (mudah meledak). Sebaliknya, bila diungkapkan kepada orang lain, kita akan menemukan jalan keluar. Andaikan tidak mendapat jalan keluar, setidaknya lebih ringan karena kita merasa tidak sendirian. Hal ini justru dapat membuat kita menjadi lebih dekat dengan orang lain dan menambah rasa nyaman pada saat itu maupun dalam relasi selanjutnya.
- Meringankan fisik. Terdapat keterkaitan antara pikiran dengan sistem tubuh kita. Adanya pengaruh positif pada pikiran (akibat pengungkapan diri), berakibat pada fisik. Berbagi atau mengungkapkan diri dengan orang lain, membuat stres kita berkurang, kecemasan berkurang, dan meredakan juga detak jantung dan tekanan darah. Dengan kata lain, pengungkapan diri dapat berpengaruh positif terhadap kesehatan fisik, selain emosi.
- Alur komunikasi yang lebih jelas. Dengan menunjukkan keinginan untuk membuka diri terhadap orang lain, dan menghargai pengungkapan diri orang lain, berarti kita meningkatkan kemampuan untuk memahami sudut pandang atau perspektif yang berbeda. Dengan demikian, kita akan lebih percaya diri untuk mengklarifikasi niat-niat atau makna-makna dari orang lain. Adanya umpan balik lewat diskusi terbuka, kekaburan dalam komunikasi diminimalkan.
- Mempererat hubungan. Bila antarekan lebih saling mengenal satu sama lain, terjadi efek timbal balik: keterbukaan mengembangkan rasa senang yang semakin meningkatkan keterbukaan dan berakibat makin kuatnya rasa senang. Tanpa pengungkapan diri, tingkat keeratan hubungan dan kepercayaan berada pada level rendah. Dengan keterbukaan dihasilkan kepercayaan, dan dengan kepercayaan dihasilkan kerja sama. Di dalam organisasi, kerja sama dan saling percaya ini menentukan inovasi yang sangat penting agar tetap survive dan mampu berkompetisi. Lebih dari itu, hasil riset menemukan bahwa bila antarekan kerja semakin menyukai kerja sama, mereka lebih produktif dalam mengerjakan proyek atau dalam situasi tim.
Cheers, frizzy2008.
Greeting
Fahmi Rizwansyah says:
Happy New Year
1430 H and 2009 AD
May you have better life, better sex and better achievement...
GOD BLESS YOU ALL
Cheers, frizzy2008
Iseng aja -- koneksi biznet
Fahmi Rizwansyah says:
Norak dikit boleh yaa...(...abis yg lain begitu sii)
Pernah dapat koneksi segini gak? hmm biznet mang okeh!!!
Cheers, frizzy2008.
Norak dikit boleh yaa...(...abis yg lain begitu sii)
Pernah dapat koneksi segini gak? hmm biznet mang okeh!!!
Cheers, frizzy2008.
Arsip foto resepsi pernikahan Demian dan Yulia Rachman
Fahmi Rizwansyah says:
Kronologi kisah frizzy:
Jumat, 19/12
16:15, Aldy: Bos, jadi ke resepsi Demian - Yulia Rachman?
, Frizzy: Oh??? Sekarang tanggal 19 ya? waa lupa, ntar aku tanya istriku dulu deh
Call si Bunda
, Frizzy: Bunda, sekarang kan hari resepsinya si Demian, mo dateng gak?
, Bunda: Oh iya ya, waa undangannya sama ibu. Gimana ya? barusan aku nolak nganterin ibu ke terapi, gimana mintanya ya? gak enak nih
, Frizzy: Yah, gimana dong padahal kan sudah kita rencanakan dari kemarin2
, Bunda: Ya sud, aku coba ngomong sama ibu deh.
16:40, Bunda: Ayah, tadi katanya undangannya dibawa dek Ary kerumahnya terus ditaruh di kamarnya, dikunci. Dek Arynya sendiri dihubungi masih meeting di kantor, katanya si sampai malam
, Frizzy: Oooo, alamat gak jadi datang dong ni, waa. Coba telpon dek Ary, Bunda.
17:30, Bunda: Ayah, dek Ary katanya sudah di jalan.
, Frizzy: Waa, bisa berangkat dong kita...(lanjutin browsing2)
18:20, Aldy: Bos, data-data client dah ada ni, coba dilihat. (Aku ajak Aldy dan Dandy diskusi)
, Frizzy: Kita harus analisa dulu sebelum dapat solusinya. Apa sudah dicek requirement detilnya
, Dandy: Itu tinggal disamakan dari beberapa sisi bos, semuanya harus telly. Makro yang sekarang hasilnya beda-beda bos.
, Frizzy: Oke deh, kita pelajari dulu lah yaa...
18:40, Bunda: Ayah kok blom berangkat dari kantor!!!(bunda agak geram)
, Frizzy: iya iya bunda, aku turun sekarang.
18:50, Mau keluar parkiran, sistem parkirnya rusak. Terjadi antrian panjang ditambah klakson orang2 yang mau keluar.
, Frizzy: Wooiiii, benerin dong, gue ada janji lagi nii.
, Parkir: Pak, muter aja ya lewat pintu masuk.
19:40, sampai di rumah.
, Bunda: ayah, kamera kita ada di rumah bapak joglo.
, Frizzy: oh ok deh bunda, mestinya kan sudah kita siapkan.
, Frizzy: bunda ganti celana panjang aja soalnya kita pake motor buat ngejar waktu. (secara si bunda dah siap pake gaun, hihihi...)
Ambil kamera di joglo, trus tancap gas ke gedung PTIK.
21:05, Sampai di TKP, trus foto2in beberapa seleb n' gak lupa...makan sampai kenyang.
22:10, Sampai rumah, tidur.
Sabtu 20/12, Izhar sakit, aku dan bunda ngurusin ke dokter.
Minggu 21/12, Bapak joglo ke Riau membawa kamera yang berisi foto2 resepsi demian - yulia yang belum aku transfer.
Minggu 28/12, Bapak joglo pulang
Senin 29/12, Foto baru didapat dan langsung diposting.
Cheers, frizzy2008.
Karena datang sudah jam 21:05, jadi lewat deh seremoni pernikahannya dan para tamu sudah berkurang. Untung masih bisa dapat beberapa spot.
Kronologi kisah frizzy:
Jumat, 19/12
16:15, Aldy: Bos, jadi ke resepsi Demian - Yulia Rachman?
, Frizzy: Oh??? Sekarang tanggal 19 ya? waa lupa, ntar aku tanya istriku dulu deh
Call si Bunda
, Frizzy: Bunda, sekarang kan hari resepsinya si Demian, mo dateng gak?
, Bunda: Oh iya ya, waa undangannya sama ibu. Gimana ya? barusan aku nolak nganterin ibu ke terapi, gimana mintanya ya? gak enak nih
, Frizzy: Yah, gimana dong padahal kan sudah kita rencanakan dari kemarin2
, Bunda: Ya sud, aku coba ngomong sama ibu deh.
16:40, Bunda: Ayah, tadi katanya undangannya dibawa dek Ary kerumahnya terus ditaruh di kamarnya, dikunci. Dek Arynya sendiri dihubungi masih meeting di kantor, katanya si sampai malam
, Frizzy: Oooo, alamat gak jadi datang dong ni, waa. Coba telpon dek Ary, Bunda.
17:30, Bunda: Ayah, dek Ary katanya sudah di jalan.
, Frizzy: Waa, bisa berangkat dong kita...(lanjutin browsing2)
18:20, Aldy: Bos, data-data client dah ada ni, coba dilihat. (Aku ajak Aldy dan Dandy diskusi)
, Frizzy: Kita harus analisa dulu sebelum dapat solusinya. Apa sudah dicek requirement detilnya
, Dandy: Itu tinggal disamakan dari beberapa sisi bos, semuanya harus telly. Makro yang sekarang hasilnya beda-beda bos.
, Frizzy: Oke deh, kita pelajari dulu lah yaa...
18:40, Bunda: Ayah kok blom berangkat dari kantor!!!(bunda agak geram)
, Frizzy: iya iya bunda, aku turun sekarang.
18:50, Mau keluar parkiran, sistem parkirnya rusak. Terjadi antrian panjang ditambah klakson orang2 yang mau keluar.
, Frizzy: Wooiiii, benerin dong, gue ada janji lagi nii.
, Parkir: Pak, muter aja ya lewat pintu masuk.
19:40, sampai di rumah.
, Bunda: ayah, kamera kita ada di rumah bapak joglo.
, Frizzy: oh ok deh bunda, mestinya kan sudah kita siapkan.
, Frizzy: bunda ganti celana panjang aja soalnya kita pake motor buat ngejar waktu. (secara si bunda dah siap pake gaun, hihihi...)
Ambil kamera di joglo, trus tancap gas ke gedung PTIK.
21:05, Sampai di TKP, trus foto2in beberapa seleb n' gak lupa...makan sampai kenyang.
22:10, Sampai rumah, tidur.
Sabtu 20/12, Izhar sakit, aku dan bunda ngurusin ke dokter.
Minggu 21/12, Bapak joglo ke Riau membawa kamera yang berisi foto2 resepsi demian - yulia yang belum aku transfer.
Minggu 28/12, Bapak joglo pulang
Senin 29/12, Foto baru didapat dan langsung diposting.
Cheers, frizzy2008.
Subscribe to:
Posts (Atom)